Saat ini TFCA-Sumatera tengah meninjau kembali pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan program. Pendekatan bentang alam yang merupakan pendekatan utama TFCA-Sumatera dipertajam untuk meningkatkan kualitas dan mendapatkan dampak yang positif bagi perbaikan bentang alam.

Konsolidasi diantara mitra-mitra TFCA-Sumatera kini tengah digiatkan. Serangkaian pertemuan dilaksanakan di 3 tempat yang menjadi jangkar perpanjangan program di wilayah daerah. Pertemuan konsolidasi dilaksanakan di Muara Bungo medio Januari 2016 yang menggalang pertemuan mitra di wilayah tengah Sumatera. Setelah itu disambung dengan pertemuan konsolidasi dilaksanakan di Medan dengan mengumpulkan para mitra yang berasal dari wilayah Aceh dan Sumatera Utara serta pertemuan di Lampung untuk mengggalang masukan dari para mitra di wilayah selatan Sumatera.

Ada banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing mitra di tingkat bentang alam. Patroli, restorasi kawasan, pengelolaan koperasi, teknik pendekatan masyarakat merupakan topik yang mengemuka dan dibahas dalam semangat kerjasama dan membagi pengetahuan. Kegiatan para mitra yang bak kepingan puzzle mulai digambarkan secara utuh dan diidentifikasi untuk melihat dampaknya pada skala bentang alam.

Fasilitator wilayah yang ditunjuk diharapkan dapat mempermudah proses koordinasi diantara para mitra dengan berbagai pemangku kepentingan. Proses berbagi informasi dan belajar dari sesama pelaksana program TFCA-Sumatera dipermudah.

Beberapa pendekatan baru diperkenalkan dalam evolusi model pengelolaan TFCA-Sumatera. Diantaranya adalah perkenalan Database System Information (DESY) sebagai perangkat untuk memudahkan monitoring dan verifikasi data.

Dalam kesempatan pertemuan di Medan, Samedi, Direktur Program TFCA-Sumatera menyebutkan bahwa fasilitator wilayah kedudukannya juga sebagai mitra TFCA-Sumatera. Tugasnya membantu mitra. Fasilitator tidak menggantikan tugas TFCA-Sumatera di lapangan. Mitra dan fasilitator wilayah akan bekerja secara back to back.