365.000 hektar
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai taman nasional pada Tahun 1982 dengan luas 365.000 Ha. Terletak di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung; dan Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu, dengan temperatur udara antara 20°-28°C, serta curah hujan tahunan 1.000-4.000 mm/tahun, dengan ketinggian tempat 0-1.964 m.dpl. Secara geografis terletak pada: 4°33’ – 5°57’ LS, 103°23’ – 104°43’ BT.
Ekosistem TNBBS terbilang lengkap. Tipe ekosistem penyusun Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dibedakan menjadi hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan bukit, hutan hujan pegunungan bawah, hutan hujan pegunungan tinggi dan cagar alam laut;Ekosistem hutan hujan dataran rendah >40 % nya mendominasi kawasan TNBBS dan merupakan luasan tertinggi. Ekosistem hutan hujan dataran rendah juga merupakan tipe ekosistem yang kekayaan hayatinya paling tinggi dijumpai di TNBBS.
Secara umum telah teridentifikasi paling sedikit 514 jenis pohon, tumbuhan bawah sekitar 98 jenis dari famili antara lain Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Fagaceae, Annonaceae, Rosaceae, Zingiberaceae dan lain-lain serta 126 jenis anggrek, 26 jenis rotan, 24 jenis liana dan 15 jenis bambu yang hidup di kawasan TNBBS. Berdasarkan data FIMP untuk tanaman obat telah teridentifikasi sebanyak 124 jenis yang tersebar di kawasan TNBBS.Kawasan TNBBS merupakan habitat bagi jenis-jenis tumbuhan berbunga unik, langka dan masih ada dalam proses evolusi yaitu bunga Rafflesia (Rafflesia sp) dan 2 buah jenis bunga bangkai masing-masing Amorphophallus titanum dan Amorphophallus deculsivae. Amorphophallus titanium, disebut juga bunga bangkai jangkung tingginya dapat mencapai 2 meter. Tumbuhan lain yang menjadi ciri khas taman nasional ini adalah anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum).Berdasarkan hasil inventarisasi, terdapat sebanyak 157 jenis tumbuhan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dapat digunakan sebagai tanaman obat, seperti pasak bumi (Eurycoma longifolia), dan pulai (Alstonia scholaris). Taman Nasional ini juga merupakan habitat bagi jenis-jenis tumbuhan endemik dilindungi dan langka, yaitu bunga rafflesia (Rafflesia sp) dan 2 jenis bunga bangkai Amorphophallus titanum dan A. Deculsilvae.
Vegetasi yang dapat dijumpai di TNBBS berbeda-beda untuk setiap tipe ekosistem. Vegetasi yang umum dijumpai di lahan basah dan pesisir adalah Terminalia cattapa, Hibiscus sp, Baringtonia asiatica, Callophyllum inophyllum, Casuania sp, Pandanus sp, dan Ficus septica.
Hutan hujan dataran rendah didominasi oleh Shorea sp, Dipterocarpus sp, dan Hopea sp,dengan jenis tumbuhan bawah diantaranya Urophyllum sp, Phrynium sp, Korthalsi sp, danCalamus sp. Hutan hujan bukit didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Annonaceae dengan tumbuhan bawah Neolitsea cassianeforia, Psychotria rhinocerotis, Areaca sp, dan Globba pendella.
Selanjutnya, hutan hujan pegunungan bawah dihuni oleh jenis-jenis dari keluarga Lauraceae, Myrtaceae, Dipterocarpaceae dan Fagaceae, seperti Magnolia sp, Quercus sp, dan Garcinia sp. Sedangkan hutan hujan pegunungan tingginya didominasi oleh Eugenia sp, danCastanopsis sp. Jenis-jenis sea weed ditemukan di pesisir Selatan Sumatera, seperti Sargasum gracillum, S. echinocarpum, Acanthopora specifesa, Hypnea musciformis, dan Turbinaria ornata, sementara sea weed jenis Thallasis sp hidup di sepanjang teluk Belimbing.
Famili pohon yang dominan pada hutan hujan bukit adalah Dipterocarpaceae, Lauraceae, Myrtaceae dan Annonaceae. Kawasan TNBBS juga merupakan habitat penting dari Damar Mata Kucing (Shorea javanica), Damar Batu (Shorea ovalis) dan Jelutung (Dyera sp).
Kawasan taman nasional ini juga merupakan habitat penting bagi berbagai jenis tumbuhan yang memiliki pemanfaatan tardisional, seperti jenis penghasil getah damar mata kucing (Shorea javanica), damar batu (S. Ovalis), dan jelutung (Dyera costulata). Selain itu terdapat 11 flora endemik Sumatera, yaitu Bacaurea multiflora, Madhuca magnifolia, Memecylon multiflorum, Drypetes subsymetrica, Drypetes simalurensis, Ryparosa multinervosa dan lain-lain.
Hampir seluruh jenis fauna khas Pulau Sumatera ada di kawasan ini kecuali orangutan sumatera. Secara umum telah teridentifikasi 122 jenis mamalia termasuk 7 jenis primata, 450 jenis burung termasuk 9 jenis burung rangkong, 123 jenis herpetofauna (reptil dan amphibi), 221 jenis insekta/serangga, 7 jenis moluska, 2 jenis krustasea serta 53 jenis ikan hidup di kawasan TNBBS.Satwa yang menghuni Bukit Barisan Selatan antara lain Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas maximus), Harimau (Panthera tigris), Tapir (Tapirus indicus), Rusa (Cervus sp), Kancil (Tragulus javanicus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Kijang (Muntiacus muntjak), Kambing hutan (Capricorn sumatrensis), Ajak (Cuon alpinus), Ungko (Hylobates agilis), Ular sanca (Phyton reticulatus), dan lain-lainnya. Berbagai jenis kera dan monyet juga mendiami habitat yang sangat baik di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ini, antara lain Siamang (Symphalangus syndactylus), Owa (Hylobates agilis), Kera (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung (Presbytis cristata) dan Presbytis melalophos. Di daerah yang agak lebih dalam, dijumpai pula Beruang Madu (Helarctos malayanus). Berbagai jenis Rangkong (Buceros sp) dan jenis-jenis burung lain juga menjadi bagian kekayaan fauna yang tidak dapat dipisahkan. Di sepanjang pantai selatan dan barat dapat dijumpai beberapa jenis Penyu antara lain Dermochelys imbricata, Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dll.Terdapat 6 jenis binatang mamalia yang terancam menurut Red Data Book IUCN masing-masing Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) dengan dugaan populasi diperkirakan 498 ekor (Hedges, et. al, 2005), Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) dengan dugaan populasi diperkirakan 60 – 80 ekor (RPU), Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrensis) dengan dugaan populasi diperkirakan 40 – 43 ekor (O’brien dkk, 2003), Tapir (Tapirus indicus), Beruang Madu (Helarctos malayanus) dan Ajag (Cuon alpinus).
Hilangnya habitat sehubungan dengan konversi hutan menjadi pemukiman, pengolahan dan perkebunan telah menjadi ancaman utama bagi taman dan kelangsungan hidup spesies yang terancam di dalamnya. Pelanggaran terhadap hak atas perkebunan kopi, merica, dan pertanian lainnya secara lambat-laun merambah ke taman dan memberi kontribusi pada hilangnya habitat secara substansial. Pembukaan hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan juga mendatangkan ancaman serius lainnya terhadap spesies yakni perburuan liar.PerambahanBerdasarkan interpretasi peta SPOT 5 (Tahun 2005) deforestasi TNBBS seluas ± 63.000 Ha berupa pembukaan lahan aktif (perladangan) dan tidak aktif berupa semak belukar yang ditinggalkan dan dalam proses rehabilitasi berupa Gerhan/penghijauan habitat. Hingga tahun 2007 jumlah perambah ± 16.522 KK dan sekitar 1.424 KK telah turun.
Satu diantara beberapa wilayah yang termasuk ke dalam kawasan TNBBS yang mengalami permasalahan perambahan adalah Resort Sekincau yang termasuk ke dalam wilayah pengelolaan SPTN III Krui, BPTN II Liwa, Kabupaten Lampung Barat. Ada 4 hal yang menyebabkan permasalahan pengelolaan kawasan hutan di Lampung Barat (Nirwan 2008):
Resort Sekincau berbatasan langsung dengan kawasan non hutan (kawasan budidaya dan pemukiman penduduk). Wilayah ini termasuk sensitif karena sering mengalami berbagai fenomena sosial, ekonomi dan politik yang mempengaruhi pola penggunaan kawasan hutan oleh masyarakat. Misalnya fungsi kawasan hutan tidak lagi dapat dipertahankan karena adanya gugatan status lahan oleh masyarakat, praktik-praktik pertanian di dalam kawasan taman nasional dan konversi lahan. Kawasan hutan Sekincau dibuka sekitar tahun 1960-an oleh masyarakat pendatang, sebelum kawasan ditetapkan sebagai Taman Nasional. Masyarakat membuka lahan untuk pemukiman dan perkebunan kopi.
Jenis satwa yang menimbulkan konflik dengan manusia di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan antara lain harimau, gajah, badak, beruang madu, macan dahan, macan akar, dll. Namun, di antara jenis satwa tersebut, yang paling sering menimbulkan konflik adalah harimau, badak dan gajah. Satwa-satwa tersebut menimbulkan konflik dengan manusia karena keluar dari kawasan dan merusak ladang (lahan pertanian) milik warga dan juga menyerang ternak. Hal ini tentu saja menimbulkan kerugian yang tidak sedikit baik dari segi materi dan im-materi. Kerusakan ladang dan kehilangan ternak dapat merugikan petani yang pada akhirnya menurunkan tingkat kesejahteraan mereka. Satwa yang keluar kawasan juga dapat menimbulkan ketakutan dan trauma pada warga terutama jika terdapat korban jiwa.
Pembukaan jalan sebagai jalur transportasi di kawasan barat dan selatan lampung merupakan kebutuhan yang penting bagi kelancaran transportasi dan perdagangan lintas kabupaten dan propinsi. Keberadaan kawasan TNBBS yang memanjang dari utara ke selatan ternyata terletak di antara jalur tersebut. Kondisi ini menyebabkan pembukaan jalan harus menembus kawasan TNBBS.
Jalan yang menembus kawasan TNBBS
No. | Jalur | Panjang (km) | Perijinan |
1. | Sanggi – Bengkunat | 11,5 km | Ijin prinsip |
2. | Krui-Liwa | 15 km | Ijin prinsip |
3. | Pugung Tampak – menula | 14 km | SK Menhut No 358/Kpts-II/1985 |
4. | Suoh – Sukabumi | 8 km | Ijin prinsip |
5. | Tigajaya- Suoh | 10 km | Belum ada ijin |
6. | Lombok – Melesom | 8,5 km | Belum ada ijin |
7. | Angin dingin – Semong | 2 km | Belum ada ijin |
8. | Sumber rejo – Way Haru | 10 km | Belum ada ijin |
9. | Sidomakmur – Suoh | 20 km | Belum ada ijin |
Pembukaan jalan tersebut ternyata menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu :
Berdaya Bersama Tanggamus Menata Hutan dan Masyarakat
DownloadCiri Badak Sumatera
DownloadInfografis Dukungan TFCA-Sumatera untuk Konservasi Badak
DownloadAnnual Report 2019
DownloadInfografis: Darurat Konservasi Badak Sumatra
DownloadKajian Potensi EKowisata di 7 Taman Nasional Pulau Sumatera
DownloadBerbagi Ruang Kelola : Kisah Dan Pesan Hutan Kemasyarakatan Tanggamus
DownloadHarmonisasi Manusia dan Gajah Liar di Penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
23 Februari 2022 – 22 Juni 2023
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 1,999,970,000
Dukungan Pendanaan Elephant Response Unit untuk Mitigasi Konflik Manusia-Gajah (KMG), dan Perlindungan Terhadap Populasi Gajah Liar dari Kematian Non Alami di Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
1 Maret 2021 – 28 Februari 2023
Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 2.999.972.000
Penyelamatan Populasi dan Habitat Badak Sumatra di TN Bukit Barisan Selatan dan TN Way Kambas
Anggota Konsorsium:
25 Februari 2021 – 24 Februari 2023
Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 16.487.570.850
Pengelolaan Konflik Gajah Sumatera dan Manusia melalui Penguatan Kelembagaan Masyarakat di Zona Penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
1 November 2019 – 30 Juni 2020
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 449.675.000
Penguatan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Melalui Kemitraan Resor dan Desa di TNBBS
1 Mei 2019 – 30 April 2022
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 4.174.915.000
Fasilitator TFCA-Sumatera Wilayah Sumatra bagian Tengah dan Selatan
Faswil Tengah Sumatra:
Jl. Jendral A. Thalib, No. 06, RT. 26, Kel. Simpang IV Sipin, Kec. Telanaipura, Jambi (36124)
tel: (0741) 3072722
email: office@pundisumatra.or.id
Faswil Selatan Sumatra:
Graha Madu Pesona Cluster 1 No 54, Jalan Turi Raya, Tanjung Seneng, Bandar Lampung
1 Januari 2019 – 31 Desember 2021
Ekosistem Sembilang - Taman Nasional Berbak, Kerumutan-Semenanjung Kampar-Senepis, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Siberut dan Kepulauan Mentawai, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 7.292.630.000
Penanggulangan Konflik Manusia dan Gajah di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
1 Juli 2018 – 30 September 2018
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 200.000.000
Pemulihan Populasi dan Habitat Badak Sumatera di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
1 September 2017 – 31 Agustus 2018
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 3.374.089.705
Fasilitator Wilayah Sumatra bagian Tengah dan Selatan
Oktober 2015 – September 2018
Ekosistem Kerinci Seblat, Ekosistem Sembilang - Taman Nasional Berbak, Kerumutan-Semenanjung Kampar-Senepis, Taman Nasional Siberut dan Kepulauan Mentawai, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 3,438,795,000
Pengembangan Praktik Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Dengan Skema Hutan Rakyat di Kawasan Penyangga TNBBS Kabupaten Tanggamus, Lampung
Anggota Konsorsium:
1. Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS)
2. Perkumpulan Telapak
Jalan Danau Singkarak Gg Darussalam Atas No.21 Kedaton, Lampung
Email: mentok_rimba@yahoo.com
November 2015 – October 2016
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 1,000,000,000
Pengembangan Koridor TNBBS-TNKS Melalui Skema Pengelolaan Ekosistem Hutan Berkelanjutan
Anggota Konsorsium:
Ulayat dan Yayasan Konservasi Sumatera
Jl. Kesehatan II No. 42 RT 06 RW 01 Kelurahan Anggut Bawah Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu
Telp/Fax: 0736-21248
Email: ulayat@ulayat.or.id
Website: www.ulayat.or.id
Mei 2013-Oktober 2016
Ekosistem Kerinci Seblat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 4,812,715,200
Penguatan Fungsi Register 39 Kota Agung Utara sebagai Bufferzone Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Hulu) dan Daerah Tangkapan Air Waduk Batu Tegi (Hilir) Kabupaten Tanggamus
Anggota Konsorsium:
Panthera Rafflesia (Pratala), Yayasan Sangga Buana, KPHL Kota Agung Utara, Gapoktan Tribuana, Gapoktan Mulya Agung, Gapoktan Tulung Agung
Jl. Raya Gisting blok 23 no. 23 Pekon Gisting Permai, Kecamatan Gisting, Kab. Tanggamus Lampung
Tel: 0813 792 43232
Email: ivanbakar@gmail.com; fajar.sumantri@ovi.com
Juni 2013-Juli 2017
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 4,982,240,120
Penyelamatan Bentang Alam Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Bagi Perlindungan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis Fischer, 1814) Sebagai Species Kunci Konservasi Keragaman Hayati di Provinsi Lampung Berbasis pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ekonomi lokal secara kolaborasi
Anggota Konsorsium:
YABI, Yayasan Pendidikan Konservasi Alam (Yapeka), Wildlife Conservation Society (WCS), KSM-Way Kambas, KSM Bukit Barisan Selatan, Mitra Nasional Litbang Kehutanan dan Biotrop
Jl. Bima IV no. 10 Bumi Indraprasta I, Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Bogor 16153
tel/fax: +62 251-8380832
email: info@badak.or.id
website: www.badak.org
Mei 2013 – April 2016
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 7,316,387,000
Mendukung Penanganan Perambahan Secara Komprehensif di Kawasan TNBBS Melalui Penguatan Pengelolaan TNBBS Berbasis Resort dan Pengembangan Jasa Ekosistem Hutan untuk Peningkatan Ekonomi Lokal
Anggota Konsorsium:
Universitas Lampung dan Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI)
– Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro no. 1 Gedong Meneng, Bandar Lampung 35145
Tel: 0721 701609, 702 673; Fax: 0721 702767
– Lingkungan Pasar Mulia Selatan 03 LK : 15 RT : 01 NO : 29
Lapangan Lama Pasar Krui kecamatan pesisir tengah,
Lampung Barat 34874
– Jl. Cimahpar Rt 003/06 Kedung Halang Bogor16710 Jawa Barat Tel: 0251
http://programtfcaunilapili.com
email: epoysmile@gmail.com
Juni 2012-April 2017
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 7,379,165,000