...

22 Oktober 2020

Pembelajaran Adopsi Model Pertanian Sehat oleh Petani Jangkat

edit 2

Warga sedang berlatih cara membuat pupuk organik

Dari daerah Jangkat yang merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Merangin, Yayasan Mitra Aksi  yang merupakan mitra TFCA-Sumatera dari siklus Hibah V mengenalkan pada petani model-model pertanian sehat, ramah lingkungan dan rendah biaya.

Hingga  saat ini proses tersebut masih berjalan.  Keberhasilan program cukup tinggi ditandai dengan makin banyak dan antusiasnya petani setempat untuk mengikuti dan mengadopsi program ini.

Berikut beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan yang dilakukan oleh Mitra Aksi:

  1. Inisiatif model Implementasi Model Pertanian Sehat, Ramah Lingkungan dan Rendah telah memberikan pengetahuan baru bagi petani dalam mengatasi masalah penggunaan lahan secara lebih produktif dan berkelanjutan. Pembelajaran di tingkat petani di 4 desa yang menjadi lokasi model, mulai dipahami dan dipraktekan petani. Hasil pun mulai dapat dirasakan petani dalam mengatasi masalah menurunnya kesuburan lahan, memperbaiki peningkatan produksi komoditas yang ditanam dan mengurangi penggunaan input kimia. Implementasi proyek mulai menunjukkan hasil positip dalam merehabilitasi kembali lahan kritis untuk dikelola secara produktif oleh petani, dan mengurangi kecenderungan petani membuka lahan baru dikawasan hutan alam dengan alasan lahan pertanian yang ada tidak lagi produktif atau subur.
  2. Kesediaan petani melakukan refleksi pengalaman yang terjadi selama ini dalam mengolah lahan pertanian yang tidak selaras dengan alam, tidak saja menyebabkan semakin rusaknya lahan-lahan pertanian mereka, tetapi juga berdampak pada menurunnya produktifitas, tingginya biaya produksi dan menyebabkan petani semakin miskin. Membuka hutan alam desa yang tersisa untuk mengganti lahan pertanian yang tidak lagi subur, tidak akan menyelesaikan masalah, dan sebaliknya malah menjadi petaka jika cara atau praktek pembukaan dan pengolahan tidak berubah dan selaras dengan alam. Yang terjadi akan semakin memperluas lahan-lahan kritis dan dalam jangka panjang akan mengancam sumber-sumber kehidupan mereka sendiri.
  3. Keterlibatan kaum perempuan, baik yang terorganisir melalui Kelompok Tani Perempuan (KWT), maupun kelompok PKK desa dalam memulai gerakan pertanian organik. Di tiap desa kaum perempuan secara bersama-sama mulai membuat kebun-kebun keluarga dengan tanaman sayuran secara organik untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan mengurangi biaya konsumsi keluarga yang selama ini membeli sayur dari luar desa. Kaum perempuan juga secara aktif ikut dalam membuat pupuk organik cair dan padat, pemurnian benih lokal dan pengendalian hama secara alami.
  4. Dengan mulai dirasakan manfaat proyek oleh petani, maka petani berlomba-lomba untuk menyediakan lahan pertaniannya menjadi pusat belajar bersama. Berapapun luasnya petani siap menyediakan untuk kepentingan Mitra Aksi mendampingi petani.
  5. Keterlibatan petani muda atau pemuda desa untuk bersama-sama melakukan pemetaan tataguna lahan, menyusun dan membuat data based kepemilikan lahan dan rencana kelolanya, terlibat aktif dalam setiap pembelajaran pengolahan lahan, pembuatan pupuk organik, biopestisida dan penemuan kembali benih-benih lokal untuk dibudidayakan, akan berdampak positip dalam pengolaan lanskap dataran tinggi TNKS secara lebih baik di masa depan.
  6. Appresiasi dan dukungan dari pemerintah desa, kecamatan dan pemerintah Kabupaten, termasuk Tim Penggerak PKK Kabupaten terhadap model yang dikembangkan Mitra Aksi dan langsung memberikan manfaat dan solusi atas masalah yang dihadapi petani. Terpilihnya desa Muara Madras menjadi nominasi desa berbasis pertanian organik ditingkat Nasional mewakili provinsi Jambi, menjadi ‘triger” bagi pemerintah Kabupaten untuk membuat kebijakan kawasan pertanian organik di lanskap dataran tinggi TNKS I Kabupaten Merangin.
  7. Dinas Pertanian pangan dan hortikultura Kabupaten Merangin mulai terbuka. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas untuk membantu sarana produksi untuk mempercepat proses pengelolaan kawasan pertanian organik di lanskap dataran tinggi Jangkat yang akan dimulai pada tahun anggaran 2016/2017.
  8. Diinternal Mitra Aksi sendiri, dukungan dan perhatian dari para senior untuk ikut turun gunung, seperti Pak Roem Topatimasang ( ketua Dewan Pembina Mitra Aksi) , Pak Mahmudi LPTP Solo ( Dewan Pengawas Mitra Aksi), Jo Hann Tan (ahli organizer dari Kemnas Malaysia), Asfrianto (senior pemetaan partisipatif Mitra Aksi) dan Doni Hendro Cahyono ( senior fasilitator advokasi Mitra Aksi-Insist) selama 3 bulan intensif, membimbing dan mengasistensi tim fasilitator lapangan dalam memperkuat kerja-kerja pendampingan dan pengorganisasi petani di 4 desa.

 

SHARE:
Berita lainnya