...

22 Oktober 2020

Restorasi dan Rehabilitasi Taman Nasional Gunung Leuser

Konsorsium Orang Utan Information Center (OIC) telah memproduksi Peta Koridor Konektivitas disertai rekomendasi pengelolaan dan Peta Rencana Lokasi Restorasi.  Peta koridor konektivitas ini akan berfungsi sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengelolaan (perlindungan dan pemulihan) kawasan, sedangkan peta rencana lokasi restorasi memuat daftar lokasi yang akan direstorasi. Berdasarkan hasil survey areal terdegradasi, kegiatan restorasi akan dilaksanakan di TNGL (Resort Sei Betung) dan kawasan Tahura Bukit Barisan (termasuk TWA Lau Debuk-Debuk) seluas ± 150 ha, yaitu 10 ha di Kawasan Tahura Bukit Barisan dan 140 ha di TNGL (Resort Sei Betung).

Kegiatan Restorasi & Rehabilitasi TNGL dan kawasan koridor konektivitas diawali dengan pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan pembentukan kelompok kerja restorasi berbasis masyarakat serta pelatihan dan produksi bibit tanaman. Sebanyak 5 (lima) kelompok kerja restorasi yang masing-masing terdiri dari 10 orang telah terbentuk dan mendapatkan pelatihan produksi bibit. Untuk menunjang kegiatan produksi bibit dan pelaksanaan restorasi, 4 pondok kerja restorasi dan 5 pusat pembibitan di Resort Sei Betung serta 1 pondok kerja restorasi dan 3 pusat pembibitan di kawasan Tahura Bukit Barisan telah selesai dibangun. Pondok kerja restorasi ini nantinya akan difungsikan juga sebagai posko pengamanan oleh pemangku kawasan (TNGL dan Tahura Bukit Barisan).

Sampai saat ini, bibit yang telah diproduksi oleh kelompok kerja restorasi adalah sebanyak 169.100 bibit, yaitu 157.000 bibit di Resort Sei Betung dan 12.100 bibit di Tahura Bukit Barisan. Jumlah ini telah melebihi target yang seharusnya dicapai sebagaimana tertuang di dokumen LogFrame yaitu sebanyak 165.000 bibit.. Sampai bulan Februari, telah dilakukan penanaman seluas 85 ha pada areal terdegradasi di Resort Sei Betung dengan jumlah bibit sebanyak 93.500 bibit. Jumlah ini diperoleh dengan asumsi 1 ha = 1.100 bibit. Kegiatan penanaman dilakukan dengan melibatkan anggota kelompok kerja restorasi.  Kegiatan penanaman di Resort Sei Betung masih tetap berlangsung di bulan Maret 2013. Sedangkan di Tahura Bukit Barisan, kegiatan penanaman seluas 10 ha dilaksanakan pada minggu kedua bulan Maret 2013.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pelatihan produksi bibit tanaman, kelompok kerja restorasi memproduksi bibit tanaman dengan cara penyemaian benih dan mencari biji dan anakan yang merupakan cabutan dari alam.

Tahapan kegiatan dilakukan dengan melibatkan anggota kelompok kerja restorasi atau masyarakat sekitar Desa Halaban dan Desa Suka Rakyat di Karo, pada beberapa kesempatan kegiatan pengisian tanah ke polybag, penyemaian benih dan penyapihan bibit dilaksanakan dengan melibatkan ibu-ibu sekitar kampung.

Sampai saat ini, jumlah produksi bibit tanaman adalah sebanyak 169.100 yang terdiri dari 157.000 bibit (41 spesies) di Resort Sei Betung dan 12.100 bibit (31 spesies) di Tahura Bukit Barisan – TWA Lau Debuk – Debuk.

Jenis bibit tanaman yang diproduksi antara lain: Pulai (Alstonia scholaris), Rambutan (Nephelium lappaceum), Jeluak (Mallotus barbatus), Turi-turi (Sesbania grandiflora), Cempedak (Arthocarpus champeden), Tiga urat (Cinnamommum spp)., Sentang (Azadirachta excels), Halaban (Vitex pubescens), Sungkai (Peronema canescens), Salam (Syzygium polyanthum), Sempuyung (Hybiscus macrophllus), Pakam (Pometia spp)., Medang sengir (Litsea spp)., Medang kapur (Litsea spp). Matau, Kayu lanang (Oroxylum indicum), Terap (Arthocarpus spp). Meranti (Shorea spp), Mahang (Macaranga spp.), Bolu-bolu (Spathodea campanulata), Kedaung (Parkia javanica), Pepoa (Mallotus philippensis), Marak (Macaranga spp.), Mareme (Glochidron orborescens), Kincit manuk (Phylanthus spp.), Kapulasan (Nephelium mutabile), Jambu-jambu (Eugenia spp.), , Buih-buih (Deeringia spp.),  Durian (Durio spp.), Aren (Arenga pinnata), Helikopter, Buah batu, Medang wangi (Litsea spp.), Ibus, Boni (Antidesma bunius), Kedonsong (Spondias pinnata), Seribu naik (Anthocephalus spp), Tempe-tempe (Macaranga spp.) Trawas (Litsea odorifera), Kandri (Bridelia monoica), Jambu-jambu (Eugenia spp.), dsb.

Dari data tersebut diatas, terlihat bahwa dari sekian banyak jenis tanaman, spesies pioner lebih banyak dibandingkan dengan spesies lainnya. Ini dilakukan karena spesies pioner biasanya adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat beradaptasi dengan mudah di lahan terbuka.

Selain itu, selama bulan Desember telah dilaksanakan kegiatan perawatan tanaman pada lokasi restorasi seluas 10 hektar, dengan melakukan pembabatan ilalang pada jalur pohon yang sudah ditanam, hal ini dilakukan agar tanaman restorasi yang telah ditanam tidak terganggu pertumbuhannya karena bersaing dengan pertumbuhan ilalang, selama kegiatan perawatan ini, diketahui bahwa persentase kehidupan pohon yang ditanam sebesar 90%.

 

SHARE:
Berita lainnya