...

22 Oktober 2020

Berbagi Pengalaman Pengelolaan TFCA Antar Negara

redlac18_2016_official-opening-1

Setiap tahun the Enterprise of Americas Initiative dan Tropical Forest Conservation Act (EAI/TFCA) mengadakan pertemuan regular antar negara anggota untuk saling belajar dan upelaksanaan program TFCA di negaranya masing-masing.

EAI/TFCA merupakan Sekretariat EAI/TFCA yang berkedudukan di USAID Washington D.C. yang dipimpin oleh Scott Lampmann sebagai kepala sekretariat.  Pada perhelatan tahun 2016 ini  hadir para penanggung jawab program TFCA dari Amerika Selatan dan Karibia, Afrika dan Asia.  Samedi selaku Direktur Program TFCA-Sumatera hadir mewakili Indonesia satu-sunya bahkan yang mewakili Asia.  Dalam kesempatan tersebut ia  memberikan presentasi dan informasi pendek mengenai pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal dalam meningkatkan dampak konservasi, dengan mengambil contoh proyek hutan kemasyarakatan yang dilakukan oleh Konsorsium Kota Agung Utara (Korut).
Agenda pertemuan sendiri dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 1).  Pertemuan pendanaan EAI/TFCA dan 2).  Sidang Pleno RedLAC ke 18.

Pada pertemuan pendanaan EAI/TFCA Ada beberapa hal yang dapat diambil sebagai pelajaran perbaikan pelaksanaan program.  Salah satunya adalah pengalaman dari Kolombia terkait Modeling Pendanaan terutama dalam hal Mengakses Dana Abadi (Endowment).  Perjanjian TFCA (debt swap) di Kolombia ditujukan untuk membentuk endowment fund dan sebagian lagi digunakan sebagai sinking fund.  Kewajiban Pemerintah Kolombia akan berakhir pada tahun 2016,  dan dalam rangka meningkatkan keberlanjutan (sustainability) program dari sinking fund yang akan berakhir, maka Colombian Action Fund menambahkan hasil dari endowment ke dalam sinking fund untuk memperpanjang program sampai 5 tahun ke depan.

Selain itu dibicarakan pula tentang pengembangan Conservation Enterprises, dengan disain proyek yang didukung Theory of Change (TOC).   Conservation enterprise menyediakan pendapatan bagi peserta  melalui produksi dan pemasaran barang dan jasa, seperti ekoturisme, lebah madu dan kerajinan. Hipostesis dari hal tersebut adalah bahwa apabila pendapatan peserta meningkat maka akan meningkatkan motivasi dan kemampuannya unttuk menghentikan kegiatan yang tidak berkelanjutan yang pada gilirannya akan menghilangkan tekanan pada keanekaragaman hayati. Pengembangan usaha tersebut biasanya merupakan salah satu unsur dalam program konservasi dengan strategi besarnya adalah menyediakan pendapatan alternatif yang berkelanjutan kepada masyarakat atau menduking pengelolaan sumberdaya  alam berbasis masyarakat (CBNRM).  Pendekatan tersebut umumnya bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat yang biasa melakukan tekanan terhadap keanekaragaman hayati melalui pengembangan pendapatan baru yang lebih tinggi dari kegiatan semula. Oleh sebab itu TOC dapat diterapkan untuk mendukung pengembangan Conservation Enterprises.

Ada 2 syarat yang menentukan keberhasilan conservation enterprises yang didukung TOC, yaitu:
1.Harus berfokus pada aspek bisnis usaha: adanya potensi keuntungan, adanya permintaan pasar (market demand) bagi jasa dan barang yang diproduksi, adanya aliansi dan kemitraan bisnis yang terjalin dan terbukanya akses terhadap kredit permodalan.
2. Bersandar pada pendekatan-pendekatan umum yang berlaku, yaitu ketaatan pada aturan dan kerangka hukum, seperti ketenagakerjaan, tenurial lahan, penggunaan lahan, kawasan konservasi, dll., membangun kesadaran, adanya aturan-aturan internal beserta penegakkannya, tata kelola yang efektif, keterampilan, pengetahuan dan peralatan yang memadai, distribusi keuntungan yang adil, adanya kejelasan terhadap hak-hak penggunaan sumberdaya serta adanya diversifikasi pendapatan untuk meningkatkan resiliensi.

Sidang Pleno RedLAC ke 18 terbuka untuk pengamat selain anggota RedLAC dengan berbagai sesi diskusi panel yang terdiri dari 7 panel selama 2 hari.

redlac18_2016_field-trip-2

Pada panel mengenai  disampaikan bahwa pendanaan dari lembaga-lembaga internasional seperti GEF dan World Bank akan lebih banyak kepada issu-issu perubahan iklim.  Untuk itu issu keanekaragaman hayati harus dapat menyesuaikan atau mengkaitkan dengan perubahan iklim apabila ingin mendapatkan dana dari GEF atau World Bank. Sedangkan dari KfW lebih menekankan untuk bekerja sama dengan sektor swasta dan mengambil keuntungan dari dana yang tersedia di sektor swasta.  Selain itu ke depan KfW akan memberikan bantuan yang disebut dengan ECO-BUSSINESS FUNDS, yang difokuskan pada bantuan loan untuk small-medium enterprises yang bekerja untuk keanekaragaman hayati.

Dari panel yang terkait kerja sama dengan pihak swasta, ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah resiko green washing dan due dilligent, serta harus dipastikan bahwa perusahaan mempunyai komitmen jangka panjang untuk konservasi. Perusahaan sebaiknya menjalankan ekonominya namun mempunyai solusi lingkungan dan sosial.

SHARE:
Berita lainnya