...

22 Oktober 2020

Rehabilitasi Harangan: Dari Masyarakat untuk Masyarakat

Hutan Harangan merupakan  hutan larangan yang dikelola oleh masyarakat dengan kepemilikan yang dapat bersifat komunal  atau pribadi yang biasanya didapat dari pewarisan.  Bagi masyarakat Sumatera Utara sendiri sebenarnya Harangan berasal dari istilah  Horja Harangan, yaitu sebuah kegiatan masyarakat Simalungun yang didalamnya terdapat tortor yang menggambarkan kerja besar yang dilakukan dalam bertani mulai dari membuka hutan sampai panen. Horja Harangan diambil dari bahasa Simalungun yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah kerja besar untuk membuka hutan yang akan dijadikan lahan pertanian. Suku Simalungun dalam melakukan segala kegiatan selalu mengutamakan sistem gotong royong dan sistem kekeluargaan, karena masyarakat Simalungun dalam melakukan pekerjaan selalu tolong menolong dan bersama-sama.

Konsep Harangan yang dikenal di Kabupaten Tapanuli Utara kini mulai banyak dilupakan terutama oleh generasi yang muda karena tidak menyadari akan arti penting dan strategis hutan harangan tersebut.

Melihat kondisi beberapa hutan harangan yang tidak terawat dengan baik, konsorsium Petra bersama masyarakat yang peduli tergerak untuk menyelamatkan kawasan harangan dengan target 6 lokasi di Blok Hutan Batang Toru.  Dari rencana pengelolan program selama 3 tahun, sampai pada tahun pertama, jumlah pengembangan harangan yang telah terealisasi baru 3 lokasi.  Ketiga lokasi harangan tersebut berada di Desa Dolok Nauli, Adian Koting dan Desa Banu Aji IV di Kecamatan Adian Koting. Seluruh lokasi ini berada di Kabupaten Tapanuli Utara.   Sedangkan tiga harangan lagi yakni di Desa Sitolu Bahal, Desa Robean dan Desa Hutaimbaru prosesnya baru selesai pada tatanan pembentukan kelompok pengelola.

Untuk pencapaian pelaksanaan pada tahun kedua. Petra percaya bahwa penyempurnaan target pengelolaan 6 harangan akan dapat tercapai. Indikasi terhadap capaian ini adalah semakin tingginya apresiasi masyarakat desa dalam pelaksanaannya. Tertundanya pengembangan 3 harangan ini lebih disebabkan kepada keterbatasan sumber daya yang dimiliki program. Luasnya cakupan wilayah program dan jauhnya jarak antar masing-masing desa dampingan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh program ini. Belum lagi medan yang harus ditempuh sangat berat sehingga menambah kesulitan dalam mengejar target program. Permasalahan lain yang ikut menjadi bagian terjadanya hambatan tertundanya pengembangan 3 harangan lagi adalah berbenturan dengan kegiatan kalender desa, seperti upacara, natal, tahun baru, dan sebagainya.

Sosialisasi ini menyangkut upaya penyatuan pemahaman dan persepsi masyarakat tentang konsep harangan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program maka konsep harangan yang dipahami bersama adalah lahan-lahan milik masyarakat yang berdampingan dengan kawasan hutan Negara. Lahan-lahan ini diidentifikasi bersama telah mengalami degradasi. Sehingga rehabilitasi yang dilakukan mengarah pada pendekatan kebun lindung yang memberikan fungsi ekologi, ekonomi dan social. Disamping itu juga penting sebagai sumber pakan satwa seperti orangutan.

Tawaran rehabilitasi harangan yang disampaikan PETRA ini mendapat respon yang cukup baik. Masyarakat dan pemerintah desa sangat antusias dalam menggarap program rehabilitasi harangan ini. Salah satu alasan antusiasme masyarakat terhadap program adalah menyangkut kepada upaya mempertahankan keberadaan sumber air desa. Selama 10 tahun terakhir, karena banyaknya lahan-lahan yang terdegradasi menyebabkan beberapa sumber air di beberapa desa menjadi hilang. Dengan demikian rehabilitasi merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan apalagi antuasiasme itu semakin distimuli oleh adanya kampanye gerakan penanaman 1 Milyar pohon oleh Kementerian Kehutanan.

Sampai tahun kedua telah terbentuk  2 kelompok pengelola Harangan di Lobu Pining dan Hutaimbaru.   Sebanyak 8000  bibit/benih yang disepakati untuk ditanam di lokasi koridor Lobu Pining dan Hutaimbaru berhasil dikumpulkan melalui kegiatan gotong royong kelompok dan saat ini sudah berada di lokasi nursery.  Spesifikasi jenis bibit untuk rehabilitasi koridor adalah durian (Durio zibethinus), rambutan (Nephelium lappaceum), cempedak (Artocarpus integer), asam kandis (Garcinia), petai (Parkia speciosa hassk), aren (Arenga pinnata), dan beringin (Ficus benjamina).

Sedangkan untuk rehabilitasi harangan, jumlah bibit sebanyak 24.000 batang sudah berada dalam nursery 6 kelompok pengelola. Sedangkan bibit sumber untuk pengelolaan dan rehabilitasi harangan yang merupakan pilihan masyarakat adalah: karet (Hevea braziliensis) , durian (Durio zibethinus), rambutan (Nephelium lappaceum), kuini (Mangifera odorata Griff), motung, asam kandis (Garcinia), petai (Parkia speciosa hassk), aren (Arenga pinnata), langsat (Lansium domesticum), manggis (Gabcinia mangostana L) dan beringin (Ficus benjamina).

SHARE:
Berita lainnya