130,000 hektar
TNWK terletak di pesisir timur Lampung, merupakan tipe habitat hutan dataran rendah yang selalu hijau, kawasan hutan yang sudah terganggu sekitar (20%), hutan rawa air tawar (10%), hutan mangrove (5 %), rawa herbaceous (5 %), padang rumput atau alang-alang dan tumbuhan sekunder (60%). Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Buru oleh Belanda pada 1937, tetapi statusnya tidak menghentikan usaha penebangan hutan selama 1968-1974. Penebangan liar dan pembukaan lahan untuk pemukiman di dalam kawasan terus dilakukan sejak 1970-an, dan merupakan salah satu tujuan transmigrasi spontan di Sumatera yang paling terkenal dan diminati. Ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1989 berdasarkan SK Menhut No. 14/Kpts-II/1989 dengan luas 130.000 HA. Terletak di Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur, Propinsi Lampung, dengan temperatur udara antara 28° – 37° C, curah hujan 2.500-3.000 mm/tahun dan ketinggian 0-60 m. dpl (dari permukaan laut). TNWK secara geografis terletak pada 4°37’ – 5°15’ LS (Lintang Selatan), 106°32’ – 106°52’ BT (Bujur Timur).
Taman Nasional Way Kambas memiliki satu spektrum ekosistem yang besar, dimana di dalamnya dapat ditemui beberapa formasi hutan, seperti formasi hutan mangrove, rawa dan dataran rendah tanah kering. Didasarkan pada tipe ekosistemnya, kawasan ini dapat dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu hutan mangrove, pantai, riparian rawa, dan dipterocarpaceae dataran rendah. Disini juga dapat ditemukan daerah padang rumput luas yang merupakan akibat dari kegiatan logging sebelumnya (bekas HPH) dan kebakaran hutan.
Di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas dapat dijumpai lima tipe ekosistem, yaitu mangrove, pantai, riparian, rawa, dan hutan hujan dataran rendah tanah kering. Ekosistem mangrove didominasi oleh jenis api-api (Avicennia officinalis), Rhizopora sp. dan Bruguiera sp. Pada daerah peralihan antara hutan mangrove dan batas tertinggi pasang surut estuaria sungai-sungai besar didominasi oleh nipah (Nipa fruticans), dan kelompok nibung (Oncosperma filamentosuma).Vegetasi didominasi hutan sekunder dan padang rumput, semua hutan dataran kering mengalami pembalakan. Walaupun luas area lebih sedikit hutan rawa yang diganggu masih terjadi sepanjang pantai dan dekat sungai. Pertumbuhan sekunder ditandai oleh Leguminosae, Fagaceae seperti Lithocarpus sp. dan Sterculiaceae seperti Commersonia bartramia. Jenis Dipterocarpaceae komersial yang penting seperti Meranti (Shorea leprosula) secara umum dijumpai semaian bibit di lantai hutan. Cagar juga berisi suatu keanekaragaman dari habitat lain mencakup inter-tidal mudflats, sejumlah hutan pantai dan bakau kecil, padang alang-alang luas (Imperata cylindrica) dan padang rumput rawa yang dikuasai oleh Pandanus sp.Vegetasi pantai didominasi oleh rumput dan semak, seperti Cyperus sp., Fimbristylissp., dan Ipomoea pescaprae. Sedikit ke arah daratan dapat ditemukan asosiasi Barringtonia yang di dalamnya juga dapat dijumpai cemara pantai (Casuarina equisetifolia), ketapang (Terminalia catappa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kelapa (Cocos nucifera), pandan (Pandanus tectorius) dan Wedelia biflora.
Vegetasi riparian dijumpai di sepanjang sungai-sungai besar, terutama di sepanjang sungai Way Kanan. Jenis-jenis tumbuhan yang biasa dijumpai di daerah ini adalah Ficus retusa, rengas (Gluta renghas), dan waru (Hibiscus tiliaceus).
Ekosistem rawa umumnya tersebar di bagian dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas. Daerah yang memiliki hutan rawa terbesar adalah Wako. Jenis tumbuhan yang umumnya dijumpai di daerah tersebut adalah gelam (Melaleuca leucadendron) yang diduga tumbuh akibat adanya kebakaran berulang dan kegiatanlogging. Jenis-jenis lain yang terdapat di vegetasi hutan rawa adalah merbau (lnstia palembanica), rengas (Gluta renghas), pulai (Alstonia scholaris), Randin fatulata, mahang (Macaranga sp.) dan Scleria purpurescens. Jenis-jenis palem yang dapat dijumpai antara lain adalah aren (Arenga pinnata), Licuala sp., serdang (Livistonia rotundifolia) dan Metroxylon elatum.
Pada tipe vegetasi hutan dataran rendah, jenis yang dapat dijumpai adalah neriung (Trema orientalis), Mallotus paniculatus, Ficus fistula, Shorea bracteolata, mahang (Macaranga sp.), sempur (Dillenia aurea), dan Adina polycephala. Hutan sekunder didominasi oleh jenis damar (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), sempur (Dillenia excelsa) dan puspa (Schima walichii).
Di dalam kawasan ini juga dapat ditemukan jenis tumbuhan eksotik, seperti rayutan (Mikania micrantha), sejenis tumbuhan menjalar dengan bentuk dasar tebal yang menutupi daerah luas rumput rawa dan semak. Jenis tersebut merupakan jenis rumput liar yang sangat agresif dan mempunyai pengaruh merintangi regenerasi alam. Jenis lainnya antara lain Salvinia molesta dan Eichornia crassipes.
Berdasarkan zoogeografi, Kawasan Taman Nasional Way Kambas termasuk ke dalam oriental region dan sundaic sub region. Tidak seperti pulau-pulau sebelah timur garis Wallaceae, Taman Nasional Way Kambas tidak memiliki kekayaaan spesies endemik yang besar, hanya ada 15 spesies mamalia endemik dan 20 spesies burung.Adapun jenis-jenis fauna yang terdapat di Kawasan Taman Nasional Way Kambas, diantaranya :
permukiman liar merupakan permasalahan utama yang dihadapi oleh Pihak Pengelola Kawasan Taman Nasional Way Kambas dan merupakan ancaman sangat serius bagi kelestarian ekosistem kawasan. Kasus pelanggaran dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang berarti, dimana pada tahun 1998 hanya ditemukan lima kasus menjadi 120 kasus pada tahun 2004. Penebangan liar menempati posisi pertama dari sejumlah kasus pelanggaran (147 kasus) sejak tahun 1998 sampai dengan 2004.Perladangan liarDari penelitian Arief (2002), diketahui terdapat 6 desa yang melakukan kegiatan perambahan kawasan yaitu Desa Bumi Jawa, Taman Endah, Raja Basa Lama, Labuhan Ratu Enam, Rantau Jaya Udik, dan Sukadana, dimana empat desa terakhir adalah desa tua yang sudah tercantum namanya pada Peta Sumatera tahun 1901. Kegiatan perambahan dilakukan oleh penduduk dari desa tersebut dengan tujuan meningkatan taraf hidup mereka yang relatif di bawah garis kemiskinan dan keadaan luasan lahan di desa mereka yang sudah tidak memadai lagi. Kegiatan perladangan di dalam kawasan juga dipicu oleh adanya konflik lahan yang menurut anggapan masyarakat bahwa lahan di dalam kawasan adalah milik adat.
Kegiatan perambahan yang dilakukan dalam kawasan secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap luasan habitat badak sumatera. Apabila badak sumatera masih dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu, kegiatan perambahan juga akan berdampak pada jumlah populasi, demografi dan perilaku. Hal tersebut disebabkan karena badak sumatera merupakan satwa yang sangat sensitif terhadap keberadaan manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya menghambat perladangan agar tidak terus meluas dan menghentikannya bila memungkinkan, sehingga habitat meluas kembali dan populasi badak sumatera dapat bertahan dalam jangka waktu lama.
Permukiman Liar
Di dalam kawasan ditemukan dua lokasi permukiman liar yang termasuk besar dan relatif sudah semi permanen oleh masyarakat nelayan, yaitu di daerah Resort Wako dan Kuala Kambas. Areal permukiman tersebut tepatnya berada di daerah Kuala Kambas dengan luas ± 106 hektar. Permukiman liar terbesar dijumpai di daerah Sekapuk dengan luas areal diperkirakan 100 hektar dengan jumlah permukiman mencapai 150 Kepala Keluarga (KK). Luas areal permukiman liar di daerah Kuala Kambas relatif kecil, tetapi jumlah permukimannya relatif cukup besar, yaitu sebanyak 71 KK. Sedangkan di daerah Kuala Wako dan Wako Gubuk luasannya relatif sangat kecil, vaitu masing-masing 2 dan 1 hektar, dengan jumlah pemukim masing-masing 25 dan 15 KK (Arief 2002).
Penebangan Liar
Penebangan liar di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas merupakan salah satu bentuk ancaman terbesar kelestarian habitat badak sumatera dan ekosistem hutan. Kegiatan tersebut umumnya dijumpai hampir di seluruh kawasan dengan intensitas terbesar di daerah sebelah barat dan utara kawasan. Aktivitas penebangan liar dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan sebagai sumber bahan bakar kayu, bahan bangunan yang digunakan sendiri (seperti rumah, bagang, kapal, dll) dan tujuan komersial. Peralatan yang digunakan oleh penebang liar pada umumnya adalah chain saw, walaupun ada juga yang masih menggunakan gergaji tangan dan parang. Sarana transportasi yang umum digunakan adalah sampan dan sepeda.
Perburuan liar
Perburuan liar merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan protein hewaninya. Namun demikian di lapangan ditemukan aktivitas perburuan liar tersebut dilakukan untuk pemenuhan hobi berburu oleh oknum TNI dan anggota masyarakat tertentu yang berasal jauh dari kawasan taman nasional.
Jenis satwa yang umumnya diburu oleh masyarakat adalah rusa, babi dan mentok rimba. Namun demikian di lapangan ditemukan juga jenis jerat untuk memburu harimau, gajah sumatera dan badak sumatera.
Pencurian Getah Meranti
Pencurian getah meranti merupakan salah satu sumber gangguan yang tingkatnya dapat dikatakan relatif sedang terhadap habitat dan populasi badak sumatera. Hal tersebut bukan disebabkan karena jumlah getah yang diambil, melainkan teknik pengambilan yang didahului oleh pembakaran agar lebih mudah memperoleh getahnya. Dampak dari pembakaran tersebut di atas dapat menjadi ancaman terhadap kelestarian habitat badak sumatera, karena dalam beberapa kasus pelaku pengambilan getah meninggalkan begitu saja lokasi pengambilan tanpa terlebih dahulu memadamkan api. Hal tersebut menjadi salah satu pemicu sering terjadinya kebakaran dalam kawasan.
Pemancingan Liar
Aktivitas pemancingan ikan liar di dalam Kawasan Taman Nasional Way Kambas merupakan salah satu bentuk gangguan yang dapat menghambat pertumbuhan populasi badak sumatera. Hal tersebut dikarenakan aktivitas pemancingan dilakukan disepanjang Sungai Way Kanan terutama pada musim kemarau dan pada waktu yang bersamaan badak sumatera membutuhkan sungai tersebut sebagai sumber air minum dan mandinya.
Ciri Badak Sumatera
DownloadInfografis Dukungan TFCA-Sumatera untuk Konservasi Badak
DownloadAnnual Report 2019
DownloadInfografis: Darurat Konservasi Badak Sumatra
DownloadKajian Potensi EKowisata di 7 Taman Nasional Pulau Sumatera
DownloadEkuilibrium Konservasi : Menjaga Keseimbangan di Taman Nasional Way Kambas
DownloadPerlindungan Populasi Harimau Sumatera dan Deteksi Dini Penyakit pada Satwa Mangasa di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan Taman Nasional Way Kambas
15 February 2022 – 14 February 2023
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 1.265.875.000
Pendekatan Sosial dalam Adaptasi Praktik Mengelola Interaksi antara Manusia dan Gajah
8 Maret 2021 – 7 Maret 2022
Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 199.310.000
Dukungan Pendanaan Elephant Response Unit untuk Mitigasi Konflik Manusia-Gajah (KMG), dan Perlindungan Terhadap Populasi Gajah Liar dari Kematian Non Alami di Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
1 Maret 2021 – 28 Februari 2023
Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 2.999.972.000
Peningkatan Ekonomi Kreatif dan Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Way Kambas
1 Juli 2019 – 30 Juni 2021
Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 2.702.506.320
Penyelamatan Populasi dan Habitat Badak Sumatra di TN Bukit Barisan Selatan dan TN Way Kambas
Anggota Konsorsium:
25 Februari 2021 – 24 Februari 2023
Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,
Rp. 16.487.570.850
Studi Pendahuluan Program Konservasi Mangrove dan Rajungan di Daerah Penyangga Taman Nasional Way Kambas
23 November 2020 – 23 Maret 2021
Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 200.000.000
Fasilitator TFCA-Sumatera Wilayah Sumatra bagian Tengah dan Selatan
Faswil Tengah Sumatra:
Jl. Jendral A. Thalib, No. 06, RT. 26, Kel. Simpang IV Sipin, Kec. Telanaipura, Jambi (36124)
tel: (0741) 3072722
email: office@pundisumatra.or.id
Faswil Selatan Sumatra:
Graha Madu Pesona Cluster 1 No 54, Jalan Turi Raya, Tanjung Seneng, Bandar Lampung
1 Januari 2019 – 31 Desember 2021
Ekosistem Sembilang - Taman Nasional Berbak, Kerumutan-Semenanjung Kampar-Senepis, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Siberut dan Kepulauan Mentawai, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 7.292.630.000
Survei Pendahuluan dan Monitoring Badak Sumatera di TN Way Kambas
1 September 2018 – 30 November 2018
Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 161.973.000
Pelestarian Habitat Badak Sumatera Melalui Peran Masyarakat Sekitar Taman Nasional Way Kambas
1 Mei 2018 – 30 April 2021
Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 5.848.979.600
Perlindungan Populasi dan Habitat Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis Fischer 1814)
1 Juli 2017 – 31 Maret 2019
Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 3.090.276.440
Perlindungan dan Pemantauan Populasi Harimau Sumatera di TN Bukit 30 dan SM Kerumutan (Riau-Jambi) serta TN Way Kambas (Lampung)
Anggota Konsorsium: Universitas Jambi
1 Juni 2017 – 31 Mei 2020
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Kerumutan-Semenanjung Kampar-Senepis, Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 8.541.362.484
Survey Populasi dan Manajemen Habitat Badak Sumatera
1 Juni 2017 – 31 Agustus 2018
Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 4.229.211.880
Fasilitator Wilayah Sumatra bagian Tengah dan Selatan
Oktober 2015 – September 2018
Ekosistem Kerinci Seblat, Ekosistem Sembilang - Taman Nasional Berbak, Kerumutan-Semenanjung Kampar-Senepis, Taman Nasional Siberut dan Kepulauan Mentawai, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 3,438,795,000
Penyelamatan Bentang Alam Taman Nasional Way Kambas dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Bagi Perlindungan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis Fischer, 1814) Sebagai Species Kunci Konservasi Keragaman Hayati di Provinsi Lampung Berbasis pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ekonomi lokal secara kolaborasi
Anggota Konsorsium:
YABI, Yayasan Pendidikan Konservasi Alam (Yapeka), Wildlife Conservation Society (WCS), KSM-Way Kambas, KSM Bukit Barisan Selatan, Mitra Nasional Litbang Kehutanan dan Biotrop
Jl. Bima IV no. 10 Bumi Indraprasta I, Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Bogor 16153
tel/fax: +62 251-8380832
email: info@badak.or.id
website: www.badak.org
Mei 2013 – April 2016
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 7,316,387,000
Reforestasi dan Perlindungan Kawasan Berbasis Masyarakat untuk Mendukung Peningkatan Populasi Spesies Kunci di Taman Nasional Way Kambas
Anggota Konsorsium:
Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS), Jurusan Biologi Universitas Lampung, Forum Rembug Desa Penyangga (FRDP) Way Kambas, Sajogyo Institute (SAINS), Yayasan Silvagama, Saka Wana Bakti Way Kambas, Save Indonesian Endangered Species (SIES)
Jl. Taman Nasional Way Kambas No. 12, Plang Ijo, RT 01/RW 01, Desa Labuhan Ratu IX, Kec. Labuhan Ratu , Kab. Lampung Timur, Lampung 34196
Tel: 08117 26744
Email: rhinomar22@gmail.com
1 Mei 2013 – 30 Juni 2016
Taman Nasional Way Kambas,
Rp. 4.779.901.000